PUNGGAWALIFE – Di tengah gaya hidup modern yang serba cepat, mie instan telah menjadi primadona kuliner praktis bagi jutaan orang Indonesia. Popularitasnya tak lepas dari tiga faktor utama: harga terjangkau yang ramah di kantong, proses penyajian yang super praktis, plus variasi cita rasa yang mampu memanjakan lidah.
Namun, di balik kepraktisannya yang menggiurkan, para ahli kesehatan mulai mengingatkan tentang pentingnya bijak dalam mengonsumsi makanan instan ini. Kandungan nutrisi yang didominasi karbohidrat, lemak, dan sodium tinggi ternyata dapat memicu berbagai gangguan kesehatan metabolisme jika dikonsumsi tanpa kontrol.
Pertanyaan klasik yang kerap muncul: berapa batasan ideal konsumsi mie instan per minggu? Prof. Zullies Ikawati, Apt., pakar farmasi dari Universitas Gadjah Mada, memberikan perspektif menarik terkait hal ini.
“Berbeda dengan obat yang memiliki dosis pasti, mie instan sebagai bahan pangan tidak memiliki patokan baku. Konsumsinya bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing individu,” jelasnya dalam wawancara yang dikutip detikcom, Sabtu (9/8/2025).
Meski begitu, Prof. Zullies tetap menekankan pentingnya moderasi, mengingat tingginya kadar pengawet dan sodium dalam produk ini.
Yang menarik, beliau menyarankan pendekatan personal dalam mengonsumsi mie instan. Bagi mereka yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, misalnya, bisa mensiasati dengan mengurangi penggunaan bumbu instan atau menggantinya dengan racikan bumbu rumahan yang lebih sehat.
Berdasarkan data Healthline, profil nutrisi mie instan menunjukkan karakteristik yang cukup paradoks. Meski rendah kalori, serat, dan protein, produk ini justru kaya akan sodium, lemak, dan karbohidrat.
Untuk menyiasati ketimpangan nutrisi ini, Prof. Zullies merekomendasikan strategi cerdas: tambahkan sumber protein dan serat saat menyantap mie instan, terutama jika dijadikan pengganti nasi. Langkah ini bertujuan menyeimbangkan dominasi karbohidrat dalam hidangan.
Sementara itu, perspektif lebih spesifik datang dari Tri Kurniawati, ahli gizi Universitas Muhammadiyah Surabaya. Ia memberikan panduan konkret: batasi konsumsi mie instan maksimal dua bungkus per minggu.
“Frekuensi konsumsi yang berlebihan, terutama lebih dari dua bungkus seminggu, terbukti berkorelasi dengan peningkatan risiko sindrom metabolik pada perempuan,” ungkap Tri dalam publikasi resmi kampusnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa kebiasaan mengonsumsi mie instan berlebihan dapat memicu obesitas perut dan hiperkolesterolemia.
Tips Sehat Menikmati Mie Instan
Para ahli sepakat bahwa kunci menikmati mie instan secara sehat terletak pada kombinasi yang tepat. Menambahkan sayuran segar dan sumber protein seperti telur, ayam, atau tahu dapat mengoptimalkan nilai gizi sekaligus mengurangi dampak negatifnya.
Dengan pendekatan yang bijak, mie instan tetap bisa menjadi pilihan praktis tanpa mengorbankan kesehatan jangka panjang.