Ketika Tubuh Berteriak Melalui Kantuk: Sinyal Tersembunyi Diabetes yang Tak Boleh Diabaikan

PUNGGAWALIFE, Pernahkah Anda merasa aneh karena tubuh terus-menerus mengirimkan sinyal lelah meski sudah beristirahat dengan optimal?

Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, banyak dari kita yang mengalami fenomena unik: mata yang terus berat meski sudah mendapat porsi tidur yang cukup. Awalnya, kita mungkin menyalahkan rutinitas padat atau stres kerja sebagai dalang di balik kondisi ini. Namun, apa yang terjadi jika kantuk berlebihan tersebut justru menjadi bahasa tubuh yang ingin menyampaikan pesan penting tentang kesehatan kita?

Dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM, seorang ahli endokrinologi dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa kantuk berkepanjangan bisa menjadi alarm awal tubuh tentang kondisi diabetes yang sedang berkembang.

Drama Metabolik di Balik Kantuk Misterius

Bayangkan tubuh sebagai sebuah orkestra yang kompleks. Ketika kadar gula darah mengalami fluktuasi dramatis, harmoni internal pun terganggu. Dalam kondisi hiperglikemia—ketika gula darah melambung tinggi—tubuh mencoba “membersihkan” diri dengan membuang kelebihan glukosa melalui sistem kemih. Proses ini ibarat air terjun yang menguras cadangan cairan tubuh, membuat darah mengental seperti sirup kental, dan akhirnya mengurangi pasokan oksigen vital ke otak.

Sebaliknya, ketika terjadi hipoglikemia atau penurunan kadar gula drastis, otak—pusat komando tubuh—mengalami “blackout” energi. Sel-sel saraf mulai mogok kerja, menciptakan rangkaian gejala mulai dari tremor, keringat berlebih, hingga jantung yang berdetak seperti drum yang tak beraturan.

“Bayangkan jika kondisi ini terjadi di malam hari tanpa kita sadari. Tubuh berjuang keras melawan ketidakseimbangan ini, dan hasilnya adalah bangun tidur dengan perasaan seperti habis berlari maraton,” ungkap Dr. Herry dalam pemaparannya baru-baru ini.

Kode Rahasia Tubuh yang Perlu Dipecahkan

Lantas, bagaimana membedakan kantuk biasa dengan kantuk yang menyimpan pesan tersembunyi? Para ahli menyarankan untuk memperhatikan “sidik jari” unik dari kantuk terkait diabetes:

Pertama, frekuensi dan persistensi. Kantuk ini tidak mengenal waktu dan terus berlangsung meski kita sudah memberikan “jatah” tidur yang generous kepada tubuh.

Kedua, kantuk ini sering datang berombongan dengan gejala lain yang membentuk pola khas: rasa haus yang tak pernah terpuaskan, frekuensi buang air kecil yang meningkat drastis, nafsu makan yang berubah ekstrem, penglihatan yang mulai blur seperti kaca buram, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, kesulitan fokus yang mengganggu produktivitas, dan perasaan lemas yang menyelimuti sepanjang hari.

## Efek Domino yang Tak Terduga

Dalam perjalanan waktu, diabetes yang dibiarkan berkeliaran bebas dalam tubuh dapat merusak sistem saraf otonom—semacam “pilot otomatis” tubuh yang mengatur fungsi-fungsi vital tanpa kita sadari, termasuk regulasi tekanan darah.

Kerusakan ini menciptakan fenomena hipotensi ortostatik, di mana tekanan darah tiba-tiba anjlok saat kita berubah posisi dari duduk ke berdiri. Akibatnya, otak mengalami “lag” pasokan darah sesaat, memicu kombinasi pusing, lemas, dan kantuk yang datang secara tiba-tiba.

Transformasi Gaya Hidup: Kunci Pencegahan Revolusioner

Kabar baiknya, kantuk berkepanjangan akibat fluktuasi gula darah bukanlah vonis final. Transformasi dapat dimulai dari hal-hal sederhana namun powerful: mengadopsi pola makan yang lebih mindful dan seimbang, memberikan prioritas pada kualitas tidur, mengelola stres dengan teknik-teknik modern, dan mengintegrasikan aktivitas fisik ke dalam rutinitas harian.

“Yang terpenting adalah tidak mengabaikan sinyal tubuh dan segera melakukan pemeriksaan komprehensif untuk mendapat gambaran akurat tentang kondisi metabolisme,” tegas Dr. Herry.

Inovasi Layanan Kesehatan: Sugar Clinic sebagai Solusi Aksesible

Merespons kebutuhan masyarakat akan deteksi dini diabetes, Mayapada Hospital meluncurkan Sugar Clinic—sebuah revolusi dalam layanan kesehatan preventif yang dapat diakses tanpa biaya. Program inovatif ini menggabungkan teknologi AI untuk skrining, pemeriksaan laboratorium lengkap (HbA1c dan profil kolesterol), konsultasi medis personal, serta mentoring gaya hidup yang terintegrasi.

Layanan ini telah tersedia di berbagai lokasi strategis: Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya. Akses mudah melalui platform MyCare memungkinkan booking skrining, penjadwalan konsultasi dokter, hingga layanan darurat melalui Emergency Call.

MyCare juga dilengkapi fitur Health Articles & Tips untuk edukasi kesehatan berkelanjutan, serta Personal Health yang terintegrasi dengan Health Access dan Google Fit untuk monitoring komprehensif aktivitas harian, dari langkah kaki, kalori yang terbakar, detak jantung, hingga indeks massa tubuh.

Kantuk berlebihan mungkin terlihat seperti masalah sederhana, namun bisa jadi itu adalah bahasa tubuh yang sedang bercerita tentang kondisi kesehatan yang lebih kompleks. Mendengarkan dan merespons sinyal ini dengan bijak dapat menjadi langkah awal menuju kehidupan yang lebih sehat dan berkualitas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *