Ahli Saraf: Pola Makan Berpengaruh Signifikan Terhadap Kesehatan Otak di Usia 40 Tahun Ke Atas

PUNGGAWALIFE, Jakarta – Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa penurunan fungsi kognitif yang kerap dialami individu berusia di atas 40 tahun tidak hanya disebabkan oleh faktor penuaan alami, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi makanan sehari-hari.

Dr. Alexander Zubkov, ahli saraf bersertifikat dan anggota Dewan Penasihat Ilmiah 1MD Nutrition, menjelaskan bahwa seiring bertambahnya usia, otak manusia mengalami perubahan fisiologis yang signifikan. “Aliran darah ke otak cenderung melambat, disertai penurunan bertahap kadar neurotransmiter penting seperti dopamin, asetilkolin, dan serotonin yang berkaitan dengan memori, suasana hati, dan fokus,” ujar Zubkov.

Fenomena yang umum dikenal sebagai “kabut otak” ini semakin sering terjadi pada individu dengan kondisi medis tertentu, seperti COVID jangka panjang atau menopause. Zubkov menambahkan bahwa stres oksidatif dan peradangan kronis tingkat rendah, yang merupakan faktor penyebab penurunan kognitif, juga meningkat seiring waktu.

Tidak Semua Fungsi Otak Menurun

Yuko Hara, direktur penuaan dan pencegahan Alzheimer di Alzheimer’s Drug Discovery Foundation (ADDF), menekankan bahwa tidak semua aspek kognitif mengalami penurunan dengan bertambahnya usia. “Meskipun pembelajaran dan memori menjadi lebih sulit, kosakata, kebijaksanaan, dan kecerdasan terkristalisasi justru meningkat seiring waktu,” kata Hara.

Peningkatan kecerdasan terkristalisasi ini memungkinkan lansia untuk merenungkan dan menganalisis situasi secara lebih efektif, serta membuat keputusan yang lebih tepat berdasarkan pengalaman hidup yang telah terakumulasi.

Makanan Penunjang Kesehatan Otak

Para ahli mengidentifikasi beberapa jenis makanan yang dapat mendukung kesehatan otak secara optimal. Lauren Manaker, ahli gizi terdaftar (RDN), merekomendasikan tiga kategori makanan utama:

Teh Asli: Teh yang berasal dari tanaman Camellia sinensis, termasuk teh hijau, hitam, putih, dan oolong, mengandung antioksidan alami seperti katekin dan flavonoid. Kandungan L-theanine dan kafein dalam teh asli dapat meningkatkan fokus, daya ingat, dan kejernihan mental. Studi menunjukkan konsumsi teh hijau secara rutin memberikan efek kognitif positif pada lansia.

Kacang Kenari: Sebagai satu-satunya kacang pohon yang merupakan sumber asam lemak omega-3 ALA yang sangat baik, kacang kenari terbukti meningkatkan penggunaan energi di area otak yang biasanya terdampak penyakit Alzheimer. Kandungan antioksidan dan magnesium dalam kacang kenari menjadikannya “makanan super” untuk kesehatan otak.

Jamur: Mengandung ergothioneine, antioksidan dan agen anti-inflamasi yang melindungi sel-sel otak dari stres oksidatif dan peradangan. Jamur juga kaya vitamin B dan asam amino yang mendukung fungsi otak dan metabolisme energi.

Zubkov menambahkan rekomendasi makanan lain seperti ikan berlemak (salmon, sarden) yang kaya omega-3 DHA, blueberry dengan kandungan antosianin, dan sayuran berdaun hijau yang mengandung folat, vitamin K, dan lutein.

Makanan yang Perlu Dihindari

Dr. Joshua Helman, dokter lulusan Harvard yang berspesialisasi dalam mencegah penurunan kognitif, memperingatkan bahaya makanan olahan tinggi. “Makanan tinggi gula tambahan, biji-bijian olahan, lemak trans, dan minyak omega-6 dapat meningkatkan peradangan dan resistensi insulin di otak,” kata Helman.

Hubungan antara makanan olahan dan kesehatan kognitif ini telah mendorong beberapa peneliti menyebut Alzheimer sebagai “diabetes tipe 3”. Helman juga menyarankan untuk menghindari makanan tinggi natrium, nitrat, dan zat aditif buatan yang dapat merusak pembuluh darah otak.

“Paparan pestisida, plastik, dan logam berat dalam makanan dan air, meskipun dalam jumlah sedang, dapat mengganggu daya ingat dan fokus seiring waktu,” tambah Helman.

Pendekatan Holistik untuk Kesehatan Otak

Para ahli menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam menjaga kesehatan otak. Pola makan yang kaya antioksidan dan anti-inflamasi, dikombinasikan dengan aktivitas fisik rutin, dapat membantu memaksimalkan fungsi kognitif di usia lanjut.

“Pola makan yang padat nutrisi menyediakan unsur pembangun neurotransmiter, mendukung perbaikan sel, mengurangi peradangan, dan melindungi dari kerusakan oksidatif,” tutup Zubkov.

Temuan ini memberikan harapan baru bahwa penurunan kognitif terkait usia dapat dicegah atau diperlambat melalui pilihan makanan yang tepat, bukan hanya dianggap sebagai bagian tak terelakkan dari proses penuaan. (*)

 

RADIO SUARA BERSATU FM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *